[Chaptered] 24 Days // Chapter 1

24 DAYS

{ a fanfiction by Atatakai-chan }
poster by Atatakai-chan

|| AU, Friendship, Romance, School-life — Chaptered — ||

.

starring
Boys24 Woojin as Lee Woojin
Boys24 Jinseok as Oh Jinseok
Original Character (OC) Kwon Eunchae


♢ Chapter 1 ♢


Tahun ajaran baru sekolah menengah atas baru saja dimulai. Wajar apabila para siswa di kelas yang sama belum terlalu mengenal satu sama lain secara mendalam dan untuk mengakrabkan seisi kelas, ketua kelas 10-2 Seoul Music Highschool memilki sebuah ide cemerlang yang sangat unik.

Dare or Dare‘ itulah permainan yang disarankan oleh Park Junsu. Cara permainannya sama seperti ‘truth or dare‘ hanya saja pada permainan ini tidak diizinkan untuk mengambil pilihan truth —sehingga tentu saja yang menanti para siswa kelas 10-2 hanyalah tantangan.

Karena permainan ini diadakan dalam rangka mengakrabkan diri, maka ada peraturan-peraturan tambahan. Peraturan pertama: Segala bentuk tantangan yang mengacu pada pelecehan, pengucilan, penganiyaan, dan lain sebagainya yang melewati batas wajar tidak diperbolehkan. Peraturan kedua: Tantangan yang diberikan haruslah bersifat jangka panjang, minimal empat-belas hari dan maksimal dua-puluh empat hari. Peraturan ketiga: Para pemain berhak menolak karena permainan tidak bersifat memaksa, namun sangat disarankan untuk tetap melakukannya walaupun tidak sampai batas waktu yang diberikan.

Walaupun sebenarnya tujuannya baik, beberapa siswa kelas 10-2 menganggap ide sang ketua kelas itu konyol karena mereka rasa masih banyak cara lain untuk mengakrabkan diri —tetapi mereka tak dapat menolak karena mayoritas siswa kelas 10-2 menyetujui permainan itu.

“Eunchae-ya! Kau sudah dengar belum?”

Gadis berambut cokelat kemerahan sebahu yang tengah duduk di bangkunya menengadah menatap siswa laki-laki yang memanggilnya dan memberikan tatapan bingung.

“Sudah dengar apa?” Eunchae menopang dagunya dengan kedua tangan, masih menatap teman sekelasnya itu yang kini duduk di bangku depannya.

“Itu… Permainan dare or dare.”

“Ooh itu. Aku sudah dengar ‘kok. Memangnya kenapa, Seok?”

Siswa yang dipanggil Seok itu menghela napas, “menurutku ide itu sedikit konyol. Benar begitu?”

Eunchae terkekeh pelan, “menurutku ide itu tidak sepenuhnya konyol hanya saja aku rasa sebenarnya masih ada banyak cara untuk mengakrabkan diri.”

“Ah— tetap saja, menurutku itu ko—” ucapan lelaki bernama lengkap Oh Jinseok itu terpotong.

“Ssst!” Eunchae menempelkan jari telunjuknya di bibir Jinseok, mencegah lelaki itu berkata lebih banyak karena sang ketua kelas tengah berlalu di lorong deretan bangku mereka.

.

[ Jinseok’s POV ]

“Ah— tetap saja, menurutku itu ko—”

“Ssst!”

Jari telunjuk Eunchae menempel di bibirku. Kami berteman semenjak kami masih duduk di bangku sekolah dasar sehingga skinship seperti ini sudah aku anggap hal normal, sangat berlawanan dengan apa yang orang-orang lain pikirkan. Beberapa siswi menoleh ke arah kami, dan aku memahami arti tatapan mereka.

Dengan sengaja kumajukan bibirku sehingga mengenai jari telunjuk Eunchae. Aku dapat mendengar suara teriakan tertahan para siswi yang menatap ke arah kami.

Aku menyeringai tanpa menoleh ke arah mereka dan seringaianku dibalas oleh tatapan jijik oleh Eunchae. Kedua alisnya berkerut dan mulutnya sedikit terbuka memamerkan deretan giginya.

“Lagi? Ayolah, Jinseok. Dewasa sedikit.” Eunchae menggeleng-gelengkan kepalanya seraya menarik kembali jari telunjuknya dari bibirku.

Aku hanya tersenyum menanggapi ucapannya. Seandainya saja aku bisa, aku pasti sudah berhenti bertingkah dan bersikap kekanakan.

.

.

.

Kelas hari ini sudah berakhir namun bersamaan dengan teman-teman sekelas baruku, kami berjalan menuju ke ruang auditorium. Ruangan luas itu hanya terisi oleh beberapa siswa Seoul Music High School di luar anak-anak kelas 10-2. Beberapa di antara mereka ada yang mengerjakan tugas —aku langsung meminta maaf pada mereka di dalam hati karena aku tahu sebentar lagi konsentrasi mereka akan buyar. Aku yakin, permainan dare or dare yang sebentar lagi kami mulai akan memancing keributan.

“Hey, Seok-ah,” aku merasakan lengan Eunchae melingkar di lenganku.

“Hm?” Aku merespon tanpa menatapnya, masih terlalu sibuk mencoba mengenali wajah-wajah baru.

“Tantangan apa yang kau tulis untuk teman-teman sekelas?”

Pertanyaan dari Eunchae mau tak mau membuatku menatapnya karena aku harus menjawab pertanyaan tersebut sambil memamerkan seringaianku —sudah lama sekali aku tidak membuatnya kesal.

Aku melakukan persis seperti apa yang sudah aku rencanakan. Aku menatapnya dalam-dalam sebelum menghela napas panjang dan menjawab, “ra-ha-si-a,” sebelum akhirnya aku memamerkan seringaianku yang menurut Eunchae sangat menyebalkan.

Eunchae melepaskan lenganku dan hanya berselang beberapa detik setelah itu ia mulai memukuli bahuku.

“Sudah kubilang jangan pernah menyeringai seperti itu padaku ‘kan?” Ia memberikan bahuku satu pukulan terakhir dan aku hanya tertawa sambil meringis menahan rasa perih akibat pukulannya.

Ya! Kwon Eunchae!” Aku terkekeh pelan sembari melangkah cepat menyusul Eunchae yang sudah berjalan menjauhiku menuju ke kerumunan siswa kelas 10-2.

Aku hanya melakukan hal normal dengan melingkarkan kedua lenganku di leher Eunchae dari belakang. Namun, sepertinya kebanyakan orang berpendapat lain karena mulai terdengar suara bisik-bisik yang sangat mengganggu —dari dulu aku tidak pernah suka melihat ataupun mendengar orang berbisik-bisik. Setiap orang memiliki insecurity dan anggap saja ini adalah insecurityku.

[ End of Jinseok’s POV ]

.

Setelah mengabsen teman-teman sekelasnya, sang ketua kelas 10-2, Park Junsu, mengajak mereks untuk bersama-sama duduk di auditorium sekolah mereka tercinta. Ia dengan sengaja memosisikan duduknya sebagaimana mungkin agar berada di tengah-tengah teman-teman sekelasnya.

“Bagaimana, kawan-kawan? Apa kalian siap untuk dare or dare?”

Anggukan demi anggukan dan jawaban demi jawaban yang menandakan kesiapan dianggap sebagai keantusiasan oleh lelaki bermarga Park itu sehingga ia pun berdiri sambil memegangi buku absen di tangan kirinya dan tangan kirinya memegangi wadah yang berisi kertas-kertas berisikan tantangan yang telah dilipat dan digulung dengan rapi.

“Baiklah, kita mulai dari absen pertama, ya.”

.

.

.

Eunchae berdiri begitu namanya dipanggil. Sang ketua kelas 10-2 yang ramah itu pun langsung menyodorkan wadah tantangan padanya dan dengan bersemangat anak tunggal keluarga Kwon itu mulai merogoh wadah tantangan, berharap tantangan yang didapatkannya adalah tantangan yang menyenangkan.

Jemari Eunchae dengan lincah membuka gulungan kertas tantangan yang sudah ditariknya keluar dari dalam wadah. Rasa antusias menguasai dirinya sehingga bibir bagian bawahnya ia gigiti pelan.

Begitu kertas tersebut terbuka secara utuh, semangat yang terpancar dari sorot mata gadis itu mendadak saja lenyap. Ia mengerucutkan bibirnya sebelum membacakan pada teman-teman sekelas isi tantangan yang ia terima.

Dekati lawan jenismu di kelas 10-2 dan berpura-puralah menjadi pasangan. 

Batas waktu tantangan: 24 hari

Good luck!

.

[ Eunchae’s POV ]

Aku memutar bola mataku. Aku kembali ingat ketika di sekolah menengah pertama dulu aku dimusuhi para perempuan seisi kelas karena kesalahpahaman. Mereka menganggapku dan Jinseok adalah pasangan sehingga mereka membenciku.

Sampai saat ini aku masih tidak mengerti mengapa banyak sekali perempuan yang tertarik dengan Jinseok, padahal penampilannya tidak begitu memukau.

Awalnya aku sudah berpikir untuk menjadikan Jinseok ‘rekan’ dalam menjalani tantangan aneh yang kuterima tetapi ingatan akan kejadian dulu ketika SMP berhasil membuatku mengurungkan niat tersebut. Dan lagipula, aku rasa ini adalah tantangan yang ditulis olehnya, jadi mana mungkin aku menjadikan sang penulis tantangan sebagai ‘rekan’?

Padanganku tertuju ke arah Jinseok yang menatap ke arahku dengan tatapan kaget —terbaca jelas dari seberapa bulat kedua matanya terlihat dan sebagaimana lebar mulutnya menganga.

Aku memelototinya, berlagak marah. Dan ia langsung melemparkan gestur permohonan maaf padaku dengan kedua mata yang terpejam erat. Aku tersenyum cukup lebar melihat tingkahnya.

Sahabatku yang satu ini memang bukan main. Walaupun di luar ia terkesan cool dan dewasa, aku dan keluarganya tahu bahwa ia adalah seorang lelaki yang amat kekanakan.

[ End of Eunchae’s POV ]

TBC.

 



author’s note:

Halo! Akhirnya aku berkesempatan juga untuk menulis fanfiksi yang sudah lama terpendam ini.

Semoga menarik untuk dibaca, ya

Terima kasih aku ucapkan pada kalian semua yang telah meluangkan waktu untuk membaca karya ini.

Feedback will be so much appreciated! ❤

With love,
Atatakai-chan

Psst! I Know You Read This